18 Penggerobak Sampah di Kelurahan Patehan Angkut Sampah ke Depo

Wali Kota Jogja, Hasto Wardoyo, memberikan arahan agar limbah dari warga sudah dipisahkan dan diangkut oleh penggerobak menuju Depo. Langkah ini telah dilaksanakan dengan baik di wilayah Kelurahan Patehan, Kemantren Kraton, Jogja.

Bahwa mulai 1 Maret 2025, Kelurahan Patehan sudah menerapkan pengangkutans ampah warga ke depo dengan menggunakan penggerobak atau transporter dan Di Patehan ada 18 penggerobak yang sudahterdaftar, hal ini diungkapkan oleh Lurah Patehan, Gunawan Sigit, Senin (10/3/2025).

Sejumlah Penggerobak tersebut mengangkut sampah dari sebanyak 676 rumah tangga yang telah berlangganan. Angka tersebut mencakup sebagian besar penduduk di Kelurahan Patehan.

“Ada 28 rumah tangga yang mengelola secara mandiri dan delapan rumah tangga mengelola sampah melalui pihak swasta,” katanya.

Penggerobak tersebut mengumpulkan sampah dari rumah pelanggan mereka bias dilakukan sekali dalam seminggu hingga tiga kali dalam seminggu, tergantung pada kesepakatan masing-masing.
Sampah yang sudah dipisah akan dibawa ketempat Depo di dekat Pasar Ngasem. Depo ini dipergunakan untuk Kelurahan Patehan dan Kadipaten.

Sampah yang diangkut harus dipastikan telah terpilah. Sebagian besar limbah tersebut adalah limbah residu, dengan sedikit limbah organik. 
“Karena sampah anorganik sudah disetorke bank sampah. Untuk sampah organik juga sudah diolah dengan biopori,” ungkapnya.

Di wilayah Kelurahan Patehan, terdapat sebelas bank sampah yang berada di 10 Rukun Warga. Kesebelas bank sampah ini beroperasi dengan baik dalam mengelola sampah anorganik dari penduduk.
Di sisi lain, masyarakat sudah mengelola sampah organic mereka sendiri menggunakan biopori, ember bertumpuk, budidaya magot, dan berbagai metode lainnya.

“Kemarin di tahun 2024 kami mendapat suntikan dana melalui dana keistimewaan, digunakan untuk membuat biopori sebanyak 648 titik. Itu di sekitar rumahwarga. Jadi rata-rata sekarang masing-masing rumah tangga sudah punya,” kata dia.Untuk mendukung hal tersebut, pihak kelurahan juga sudah memfasilitasi beberapa pelatihan pengelolaan sampah kepada warga.

“Sudah dimulai sejak 2023, adagerakan zero sampah anorganik. Kemudian 2024 ada pengelolaan sampah berbasis rumah tangga dengan biopori kami juga lakukan pelatihan. Eco enzim dan sebagainya,” ujarnya.

Dengan adanya pengelolaan sampah melalui biopori dan bank sampah ini, diharapkan sampah yang diangkut penggerobak ke depo semakin berkurang. “Jadi kami memaksimalkan pengelolaan sampah berbasis rumah tangga dulu, kalau masih ada sisa residu baru dibuang ke depo, sehingga beban pemerintah kota lebih ringan,” ungkapnya.